Selamat Datang di Blog Pribadi Lailan Syafira...

Monday, October 31, 2011

Materi Ujian Nasional: Morfologi


MORFOLOGI

Pengertian: bidang linguistik atau tata bahasa yang mempelajari kata dan proses pembentukan kata secara gramatikal. Morfologi juga dinamakan tata bentukan.
Satuan ujaran yang mengandung makna (leksikal atau gramatikal) yang turut serta dalam pembentukan kata atau yang menjadi bagian dari kata disebut morfem.
Berdasarkan potensinya untuk dapat berdiri sendiri dalam suatu tuturan, morfem dibedakan atas:
a.    morfem  bebas  yang  secara  potensial  mampu berdiri sendiri sebagai kata dan secara gramatikal dapat menduduki satu fungsi dalam kalimat. Dalam bahasa Indonesia morfem bebas disebut juga dengan kata dasar. Contoh: mobil, buku, arsip, uji, ajar, kejar, dan lain-lain.
b.  morfem terikat  yang secara potensial tidak dapat berdiri sendiri sebagai kata. Kehadirannya harus mengikatkan diri dengan morfem bebas melalui proses morfologis (proses pembentukan kata). Contoh: me-, ber-, pe-, -an, ke-an, di-, trans-,
-isme dan lain-lain.

Sebuah morfem, jika bergabung dengan morfem lain, seringkali mengalami perubahan. Misal morfem terikat me- dapat berubah menjadi men-, mem-, meng-, meny-, dan menge- sesuai dengan lingkungan yang dimasukinya. Variasi fonem yang terjadi karena pengaruh lingkungan yang dimasukinya disebut alomorf.
Proses morfologis: proses pembentukan kata dari suatu  bentuk  dasar  menjadi  suatu  bentuk  jadian. Proses ini meliputi afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi (pengulangan), dan komposisi (pemajemukan).

Afiksasi (penambahan imbuhan) yaitu proses penambahan afiks pada sebuah bentuk dasar atau kata dasar. Afiks atau imbuhan adalah morfem terikat yang dapat mengubah makna gramatikal suatu bentuk dasar. Misalnya me- dan -kan, di- dan -kan yang dapat mengubah arti gramatikal seperti afiks arsip menjadi diarsipkan dan mengarsipkan.
Afiks yang terletak di awal bentuk dasar seperti ber-, di-, ke-, me-,se-, pe-, ter-, pra-, swa- adalah prefiks atau awalan
Yang disisipkan di dalam sebuah kata dasar seperti -el, -em, -en, -er, -in disebut infiks atau sisipan. Afiks yang terletak di akhir kata dasar, seperti -i, -an, an, -isme, -isasi -is, -if dan lain-lain dinamakan sufiks atau akhiran. Gabungan prefiks dan sufiks yang membentuk satu kesatuan dan bergabung dengan kata dasarnya secara serentak seperti pada kata pemberhentian, pendahuluan,   pertukangan, penggunaan, penyatuan dan lain-lain dinamakan konfiks. Konfiks harus dihitung satu morfem karena membentuk satu kesatuan.

Selain itu, dikenal pula imbuhan-imbuhan yang diserap dari bahasa asing. Imbuhan tersebut, diantaranya adalah sebagai berikut:
a.   Dari  bahasa  Arab  :  -(wi),  -ah,  -i.  Imbuhan  ini berfungsi sebagai pembentuk atau penanda kata  sifat.  Contohnya : manusia - manusiawi, alami - alamiah
b.   Dari  bahasa  Sansekerta  :-man,  -wan,  -wati.
      Imbuhan ini berfungsi sebagai pembentuk katabenda.  Contohnya,  budiman,  wartawan  dan
peragawati.
c.  Dari  bahasa  Inggris:  -is,  -if,  -al.  Imbuhan  ini berfungsi sebagai pembentuk kata sifat. Contohnya egois, deskriptif, dan formal.

Untuk membentuk kata benda, antara lain, digunakan imbuhan -tas, -sasi, dan -isme. Contohnya: kualitas, industrialisasi, dan liberalisme.

Fungsi dan arti afiks:
a. Prefiks me- berfungsi membentuk kata kerja atau verba, contoh mencuci.
b. Prefiks  ber- berfungsi  membentuk  kata  kerja, contoh bertani.
c. Prefiks  pe- berfungsi  membentuk  kata  benda, contoh petani.
d. Prefiks  perberfungsi  membentuk  kata  kerja perintah (imperatif), contoh pertahankan.
e. Prefiks di- berfungsi membentuk kata kerja dan menyatakan makna pasif, contoh ditanam.
f. Prefiks ter- berfungsi membentuk kata kerja (pasif) atau kata sifat, contoh terbawa.
g. Prefiks ke- berfungsi membentuk kata bilangan tingkat, kata bilangan kumpulan, contoh ketiga, ke-3.
h. Prefiks se- berasal dari sa atau esa yang berarti satu. Awalan tersebut mengalami variasi makna sebagai berikut:
1.    satu
2.    seluruh
3.    sama-sama
4.    sama dengan
5.    menyatakan waktu, contoh makanan
i.     Sufiks -an berfungsi membentuk kata benda.
j.     Sufiks -kan dan -i berfungsi:
  1. membentuk  kata  kerja.  Semua  kata  yang  berakhiran -kan dan -i dengan atau tanpa awalan merupakan kata kerja. Tanpa awalan, akhiran -kan dan -i itu merupakan kata kerja bentuk imperatif. Contoh: panas (kata sifat), menjadi panaskan (kata kerja), panas (kata kerja)
  2.  menjadikan kata kerja intransitif menjadi kata kerja transitif. Contoh: Didi duduk di kursi (intransitif) Didi menduduki kursi (transitif), Didi mendudukkan adik di kursi (transitif)
  3. mengintensifkan arti. Contoh: Polisi menangkap penjahat. Polisi menangkapi penjahat (pekerjaan itu dilakukan berulang-ulang karena obyeknya lebih dari satu)
Perbedaan-perbedaan
a.    objek yang mengikuti kata kerja berakhiran kan berpindah tempatnya dan obyek itu merupakan alat. Objek yang mengikuti kata kerja berakhiran -i tetap tempatnya, tak berpindah, dan objek itu merupakan tempat berlakunya pekerjaan itu. Contoh:
Petani itu menanamkan benih di sawahnya. Petani itu menanami sawahnya.
b.    Kata kerja berakhiran -kan diikuti oleh objek penderita, sedangkan kata kerja berakhiran
-i diikuti oleh objek penyerta. Contoh:
Dia menawarkan pekerjaan kepada saya. Dia menawari  saya pekerjaan.
c.    Adakalanya  perbedaan  kedua  akhiran  itu kurang jelas sehingga pemakaiannya seolah-olah      samsajdadapasaling menggantikan. Contoh :
Dia  menamai  anaknya  Alam  (menamai  memberi nama).
Dia menamakan anaknya Alam (menamakan = menyebabkan bernama).
k.   Konfiks ke-an berfungsi membentuk kata benda abstrak, kata sifat dan kata kerja pasif. Contoh: keadilan, keibuan, kehidupan
l.     Konfiks pe-an berfungsi membentuk kata benda.
Contoh: Penjualan.
m Konfiks per-an berfungsi membentuk kata benda

Fungsi
       a.    Sebagai penunjuk kepunyaan. 
              Contoh : rumahku, rumahmu, rumahnya.
       b.    Sebagai alat pembentuk kata benda Contoh :

        Salah (kata sifat)       salahmu (kata benda)

        Duduk (kata benda)      duduknya (kata benda)
     c.      Sebagai objek penderita
        Contoh :
        Sudah berapa kali ia membujukku.
        Ia memandangnya tajam-tajam. 
d.    Sebagai objek penyerta
        Contoh :
        Surat itu telah kukirimkan kepadanya.
Barang-barang ini sengaja dia beli untukmu.

Khusus untuk -nya, selain sebagai klitika atau kata ganti orang, juga berfungsi sebagai imbuhan.
Fungsi imbuhan -nya adalah sebagai berikut:
1)    Sebagai pembentuk kata keterangan
Contoh :
Agaknya akan turun hujan hari ini. Tidak selamanya orang menderita.
2)    Sebagai penunjuk
Contoh :
Penyakit seperti itu sukar dicari obatnya. (-nya: “penyakit seperti itu”)
Rumah kami besar, kamar-kamarnya luas. (-nya: “rumah kami”)
3)    Bersama-sama dengan awalan se- menyatakan superlatif
Contoh :
Sepandai-pandainya tupai melompat, sekali gagal juga.
Seindah-indahnya negeri orang, paling indah negeri sendiri.

Reduplikasi  adalah proses  pembentukan  kata dengan cara mengulang bentuk dasar. Beberapa macam reduplikasi adalah:
  1. kata ulang penuh, yaitu yang diperoleh dengan mengulang seluruh bentuk dasar. Bila bentuk dasarnya morfem bebas disebut dwilingga, dan bila bukan kata dasar disebut kata ulang berimbuhan. Contoh: buku-buku, rumah-rumah, ujian-ujian.
  2. dwipurwa, yang terjadi karena pengulangan suku pertama dari bentuk dasarnya. Contoh: lelaki, rerumputan.
  3. dwilingga  salin  suara,  adalah  dwilingga  yang mengalami perubahan bunyi. Contoh: bolak-balik, sayur-mayur.
  4. kata  ulang  berimbuhan,  seperti:  berjalan-jalan, anak-anakan, guruh-gemuruh, rias-merias, tulis- menulis, berbalas-balasan, kekanak-kanakan, mengulur-ngulur, meraba-raba, menjulur-julurkan, dan lain- lain.
  5. kata ulang semu, bentuk ini sebenarnya merupakan kata dasar, jadi bukan hasil pengulangan atau reduplikasi. Contoh: kura-kura, laba-laba.
Reduplikasi menyatakan arti antara lain:
  1.  Jamak, contoh murid-murid, meja-meja
  2. Intensitas kualitatif atau sangat, contoh erat-erat, cantik-cantik
  3. Intensitas kuantitatif atau banyak, contoh berjuta- juta
  4. Intensitas frekuentatif, repetitif atau sering, contoh berkali-kali
  5. Melemahkan, contoh kemerah-merahan
  6. Bermacam-macam,  contoh  pepohonan,  buah- buahan
  7. Menyerupai, contoh kekanak-kanakan
  8. Resiprok, saling atau berbalasan, contoh tolong- menolong
  9.  Dalam keadaan, contoh mentah-mentah, hidup- hidup
  10.  Walaupun atau meskipun, contoh kecil-kecil
  11.  Hal, contoh masak-memasak, surat menyurat
  12. Seenaknya, semaunya atau tidak serius, contoh duduk-duduk
  13. Tindakan untuk bersenang-senang, contoh makan- makan
Komposisi adalah proses pembentukan kata majemuk atau kompositum. Kata majemuk adalah gabungan kata yang telah bersenyawa atau membentuk satu kesatuan dan menimbulkan arti baru, contoh: kamar mandi, kereta api, rumah makan, baju tidur. Gabungan kata yang juga membentuk satu kesatuan, tetapi tidak menimbulkan makna baru disebut frase. Contoh: pisau tajam, rumah besar, meja itu, mobil baru, rambut gondrong, minuman dingin.

Idiom adalah gabungan dua kata atau lebih yang susunannya baku dan saling tergantung. Dapat pula dikatakan, idiom adalah gabungan kata yang maknanya tidak sama dengan unsur-unsur pembentuknya.

Tidak setiap kata adalah idiom. Penggabungan kata bisa juga menghasilkan frasa. Beda frasa dengan idiom adalah bahwa unsur-unsur pembentuk frasa masih memiliki makna yang mandiri. Frasa tidak membentuk makna baru sebagaimana halnya idiom.

Idiom
Frasa
Makan hati
Di rumah makan
Panjang tangan
Tangan panjang
Muka masam
Buah asam
Malam panjang
Siang malam
Besar mulut
Mulut besar

Beberapa contoh idiom lainnya : (terdiri atas, suka akan, berdasar pada, lebih besar daripada, dan berhubungan dengan). Contoh-contoh di atas merupakan idiom dengan alasan-alasan sebagai berikut
  1. Susunan unsur-unsur pembentuknya sudah terpola secara tetap. Kata terdiri atas tidak bisa diubah menjadi terdiri pada atau terdiri akan. Kalau pun diubah, pola perubahannya sangat terbatas, yakni terdiri dari. Demikian halnya dengan paduan kata suka  akan,  kelompok  kata  tersebut  tidak  bisa diganti menjadi suka pada atau suka untuk. Penggantian  ataupun pengubahan-pengubahan dapat menyebabkan kata-kata idiomatis itu menjadi tidak berterima.
  2. Unsur-unsur pembentuknya satu sama lain saling tergantung. Kehadiran kata terdiri, suka, berdasar,  lebih besar dan berhubung dengan sangat menuntut kehadiran kata lainnya. Apabila kata- kata itu tidak dilengkapi dengan atas/dari, akan, pada, daripada, atau dengan, maka akan menyebabkan kata-kata tersebut  menjadi  tidak bermakna; pemakaiannya dalam kalimat menjadi tidak berfungsi dengan baik.

Sumber: Buku Cara Mudah Menghadapi Ujian Nasional 2006 Bahasa Indonesia SMA



No comments:

Post a Comment