Drama: SEULANGA YANG TERCABIK

SEULANGA YANG TERCABIK
(Sebuah Drama)

Cerpen Karya : Rinal Syahputra

Naskah : Lailan Syafira

ACEH MENGHEMBUSKAN NAPAS LELAH. SERAUT WAJAH RENTANYA MENATAP KEGELAPAN PEKAT YANG MENGHAMPAR DIHADAPANNYA. SEBATANG LILIN BERPENDAR TANPA MAMPU MENGUSIR KEPEKATAN. BIAS SINARNYA MEMANTULKAN BAYANGAN ACEH PADA DINDING GUBUK REOT YANG SUDAH BERLUBANG DISANA-SINI. DERU ANGIN TERDENGAR JELAS IBARAT NYANYIAN POHON MENGGETARKAN ATAP GUBUK YANG DIANYAM DARI DAUN RUMBIA. KERUDUNGNYA BERGERAK SEMRAWUTAN MENGIKUTI LIUKAN ANGIN

Laot     : Mak, tidurlah! Sudah larut benar. Jangan sampai mak sakit lagi.

ACEH BERGEMING, LARUT DALAM DUNIANYA. PANDANGANNYA JAUH KEARAH PUNCAK SEULAWAH YANG TAMPAK SAMAR LEWAT LAMPU PENERANG JALAN MELALUI JENDELA YANG TERBUKA. ENTAH BERAPA PULUH NYAMUK YANG SUDAH MENGHISAP DARAHNYA. DIA TAK PEDULI SAMA SEKALI. SEPERTINYA, ITU BELUM SEBANDING DENGAN KERESAHAN YANG BERKECAMUK DALAM JIWANYA.

Laot     : Mak! Apalagi yang mak khawatirkan? Bukankah Jawa sudah lama mengulurkan damai? Tidak ada lagi cucu mak yang tertembak tanpa alas an yang jelas. Apa mak tak melihat wajah-wajah bahagia mereka setelah tidak perlu lagi mengembara di hutan-hutan

PERTANYAAN LAOT TELAK MENGHUJAM ACEH. MEMECAHKAN KEBISUANNYA. RUHNYA KEMBALI MENYATU

Aceh    : Kau tidak mengerti sama sekali, Laot!

GETIR SUARA ACEH. TETES DEMI TETES YANG TADI BERUSAHA DIBENDUNGNYA MULAI MENGALIR DERAS, MENGGUNCANG TUBUH RINGKIHNYA.

LAOT TERDIAM, SEDANG MALAM KIAN PEKAT. HANYA TERDENGAR ISAK ACEH. LAOT MENGHAMPIRI ACEH DAN MEMELUKNYA ERAT

Laot     : sudah cukup air mata mak yang keluar. Apa mak masih mengingat tsunami tiga tahun yang lalu? Bukankah mak sudah berjanji mengikhlaskan kepergian mereka, cucu-cucu mak?

Aceh    : Tidak, Laot! Jangan pernah kau singgung lagi tentang itu. Aku telah merelakan semua yang telah pergi. Perang Cumbok, DI/TII, DOM, GAM, hingga tsunami, bahkan ratusan tahun sebelumnya, kala tubuh mudaku diterjang amunisi kaphe-kaphe belanda, Jepang, dan Portugis. Itu hanya masa lalu, Nak!

LAOT DAN ACEH SALING BERTATAPAN SEJENAK. TAK LAMA, HANYA SEKEJAP HINGGA LAOT BERPALING. ADA KEKUATAN YANG BEGITU KUAT TERPANCAR DARI DALAM MATA MAKNYA, NAMUN LAOT TIDAK MAMPU MENYELAMI LEBIH JAUH TENTANG MAKNYA ITU, MESKI SEKIAN LAMA IA MENGAYOMINYA.

Aceh    : Sudahlah, Laot! Tidak perlu kau paksakan dirimu. Jika sudah mengantuk, tidurlah kau lebih dulu.

ACEH BANGKIT DARI TEMPAT DUDUKNYA. JENDELA TETAP DIBIARKANNYA TERBUKA. TUBUH RINGKIHNYA MASIH JELAS MENGGAMBARKAN KEELOKAN PARAS MUDA ACEH. MELIHAT ACEH, UMPAMA MELIHAT KARANG KOKOH. TETAPI ADA BEGITU BANYAK MISTERI DAN JUGA KELEMBUTAN SEORANG IBU DALAM DIRINYA.

Laot     : Mak hendak kemana?

Aceh    : Aku hendak menjumpai, Tanoh, Reusam, dan Hukom. Banyak hal yang ingin kubicarakan.

Laot     : Apalagi yang Mak harapkan dari mereka? Sudah jelas mereka tak lagi mengharapkan Mak. Laot takkan mengizinkan Mak pergi.

MENDENGAR PERKATAAN LAOT, ACEH BERPALING DAN MENATAP WAJAH ANAKNYA ITU LEKAT

Aceh    : Kenapa? Kenapa kau tak mengizinkan Mak pergi, Laot?

Laot     : Karena Laot tak ingin Mak kecewa nantinya. Sudah cukup mereka menyakiti hati mak. Laot tak mau mak menangis lagi, Mak!

ACEH GEMETAR. TERBAYANG KEMBALI PENOLAKAN KETIHA ANAKNYA ITU. ADA RAGU MENYENGAT HATINYA. BERDIRI IA DIAMBANG PINTU. HANYA SESAAT HINGGA ACEH BERBALIK, MENATAP LAOT DENGAN PENUH KASIH.

Aceg    : Inilah hidup, Laot! Tidak semua yang kau harapkan menjadi kenyataan. Selalu ada kesedihan dan kekecewaan. Tapi usaha tidak boleh berhenti. Meskipun yang kau dapatkan hanyalah kegetiran. Apapun yang terjadi, mereka tetap anak Mak dan itu berarti mereka adalah saudaramu, anakku.

LAOT TERPAKU. ACEH MEMBISU. HANYA DESAH NAPAS MEREKA BERDUA YANG TERDENGAR DALAM BALURAN UAP PUTIH

Laot     : Bukan hak Laot melarang mak pergi. Tapi, apa tidak bias besok saja, Mak? Bukankan malam sudah larut?

LAOT MENATAP MENGIBA PADA MAKNYA ITU, SAMBIL MENAMPAKKAN KELELAHAN WAJAHNYA

Aceh    : Tidak mungkin ditunda lagi! Mak pergi Laot. Assalamualaikum

Laot     : Waalaikumsalam

HANYA SEKEJAP,ACEH MELAYANG MENURUNI LERENG SEULAWAH DAN DALAM HITUNGAN DETIK TELAH SAMPAI DI PUSAT KOTA BANDA.

ACEH TERTEGUN. KETENANGAN YANG DIRASAKANNYA TADI BERSAMA LAOT TENGGELAM DALAM GELEGAR MUSIK DI SETIAP PENJURU KOTA BANDA. MALAM MINGGU MENJADI ALASAN BAGI MEREKA UNTUK BERSAMA PACAR, TEMAN, ATAUPUN KELUARGA. AROMA MAKSIAT MEMENUHI UDARA MALAM. RINDUNYA PADA GENERASI CUT NYAK DHIEN, LAKSAMANA MALAHAYATI, DAN PEJUANG LAINNYA MEMBUAT ACEH MENITIKAN AIR MATA

Aceh    : Betapa dunia telah berubah. Inikah yang mereka harapkan dari sebuah kemajuan? Kemana sudah kidung rindu para ibu yang meninabobokkan para bocah lewat zikir? Dimana gema alif, ba, ta yang dulu marak disetiap surau?

ACEH MENGGUMAM DALAM DESAH DAN SARAT KECEWA. ANGIN BERHEMBUS SEPOI DIBAWAH LANGIT TANPA NITANG SEHARUSNYA TAK BERPENGARUH SEDIKITPUN TERHADAP ACEH. TETAPI TUBUHNYA MENGGIGIL SEPERTI DITUSUK SERIBU JARUM ES. LUKA DI HATINYA NYATA TERLIHAT LEWAT PARASNYA YANG MEMANCARKAN CAHAYA SURAM

PERLAHAN ACEH MENUJU  BANGUNAN MEGAH DI KAWASAN LAMPINEUNG. LANGKAHNYA TERHENTI SAAT SEBUAH BAYANGAN BERKELEBAT, LALU BERDIRI TEGAP DI HADAPAN ACEH

Aceh    : Meheut! Kau…

Meuheut : Apalagi yang ingin kau lakukan? Kupikir eramu sudah karam bersama tsunami dan gempa bumi

SEBUAH SUARA YANG SANGAT ANGKUH DISERTAI TATAP MATA SINIS. GERAKANNYA YANG MENANTANG MEMBUAT ACEH MEMASANG KUDA-KUDA. SEULAS SENYUM TERLUKIS DI BIBIR INDAH ACEH

Aceh    : Apa begini caramu menyambut tamu? Kau belum insyaf juga rupanya, Meuheut!

Meuheut          : Tidak perlu berpura-pura. Kulihat, ada sejuta hambar di senyummu. Apa tujuanmu datang kemari? Bukannya kau sudah terusir ke lereng api?

MEUHEUT BERKACAK PINGGANG, TANDAI PONGAH YANG MENGAWANG

Aceh    : Aku hanya ingin tahu kabar anakku. Seberapa jauh engkau telah meruubah mereka hingga mereka tega menyakiti ibunya!

ACEH MENGERJAP DAN MENCOBA MENGISI PARU-PARUNYA DENGAN OKSIGEN YANG LEBIH BANYAK. SESAK DI DADANYA TIBA-TIBA BEGITU KUAT. BAYANGAN TANOH, REUSAM, DAN HUKOM SILIH BERGANTI DI BENAKNYA. LANTAS MEUHEUT MALAH TERTAWA DAN MENCERACAU ACEH

Meuheut          : Ha ha ha! Aku melihat kesedihan mala mini. Aku sangat terharu, Aceh! Buka matamu lebar-lebar, Aceh! Tidak ada lagi yang bisa kau banggakan. Serambi mekkah-mu sudah kusam di makan waktu. Lebih baik kau kembali ke lereng. Tidak ada yang bisa kau lakukan disini. Anak-anakmu pun tidak lagi membutuhkanmu.

Aceh    : Terserah kau, Meuheut! Tapi, salah besar jika kau beranngapan bisa menghalangiku menjumpai anak-anakku

MEUHEUT TAHU SEDANG BERHADAPAN DENGAN SIAPA. ACEH BUKANLAH WANITA LEMAH. MEUHEUT BERJALAN MENDEKATI ACEH. TUBUHNYA SEAKAN MENUTUPI SELURUH BAYANGAN ACEH.

Meuheut          : Sekali lagi kuperingatkan! Lebih baik kau pulang. Tidak ada lagi yang bisa kau lakukan. Semuanya sudah tamat

Aceh    : Masih ada yang bisa kulakukan. Setidaknya terhadap reusam, tanoh, dan hukom. Kau tidak bisa menghalangiku. Kalau kau tetap memaksa, kita bertarung!

PANCARAN MATA ACEH LURUS MENATAP KE ARAH MEUHEUT, TANPA ADA GENTAR. DENGAN SIGAP, ACEH MENCABUT RENCONGYA DAN MENGACUNGKANNYA KEDEPAN.

Aceh    : Majulah, Meuheut! Aku sedikit meyesal malam ini, kenapa kau tidak kubunuh saja dulu!

MEUHEUT TERTAWA BEGITU KERAS. DENGAN GERAKAN YANG SANGAT CEPAT, MEUHEUT MEMUNTIR PERGELANGAN TANGAN ACEH HINGGA RENCONG YANG DIGENGGAM ACEH TERJATUH MENIMBULKAN DENTINGAN SAAT BERADU DENGAN SEMEN.

SEBELUM KUKU TAJAM ACEH MENGHUJAM JANTUNGNYA, ACEH BERKELIT DENGAN GESIT. KERUDUNGNYA MELAYANG MEGIKUTI GERAKAN TUBUHNYA YANG LINCAH

Meuheut          : Percuma saja! Kalau dulu kau bisa mengalahkanku, sekarang tidak! Lihatlah baik-baik dan rasakan dengan sangat perlahan kematianmu!

SELESAI BERKATA, MEUHEUT MELOMPAT TINGGI DAN TIB-TIBA SAJA TUBUHNYA MENJADI BANYAK DI UDARA. MEREKA BERGERAK SEREMPAK DAN MEMBUAT ACEH BINGUNG MENCARI MEUHEUT YANG ASLI

ACEH GUGUP. SEULANGA YANG MENJUNTAI DI BALIK KERUDUNGNYA DILEMPARKAN KE ATAS. HARUM SEMERBAK MEMBUNGKUS AROMA MALAM. MEMENDARKAN SATU PER SATU TUBUH MEUHEUT. TAPI, HANYA SESAAT KARENA AROMA SEULANGA SEGERA MENGHILANG, BERGANTI DENGAN ANYOR DARAH DAN BAU SAMPAH

ACEH TERKEJUT. TIBA-TIBA SEBUAH CAKAR MENGENAI LENGANNYA, MENIMBULKAN PERIH YANG AMAT SANGAT. ACEH TAHU CAKAT ITU BERACUN. TERHUYUNG, ACEH MEMILIH MUNDUR

Meuheut          : Kau sudah tua, Aceh! Sudah saatnya kau biarkan aku yang memimpin negeri ini

MEUHEUT MENATAP ACEH DENGAN TATAPANNYA MENGHINA

ACEH TERDIAM, MESKI PANCARAN MATANYA MENYIMPAN BERLAKSA BARA DAN SEMANGAT YANG TAKKAN PERNAH PUDAR. TAPI TUBUHNYA TELAH TUA. RACUN ITU BEGITU GANAS. NAPASNYA KIAN SESAK

MEUHEUT TIDAK INGIN MENYIA-NYIAKAN KESEMPATAN. DIA KEMBALI MENCECAR ACEH DENGAN SERANGAN YANG MEMATIKAN. ACEH MENCOBA MENGHINDAR. TAPI RACUN YANG MULAI MENGGANGGU ALIRAN DARAHNYA MEMNUAT DIA TIDAK BISA BERGERAK SEGESIT BIASANYA

SEBELUM CAKAR ITU BERHASIL MENGHUJAM DADA ACEH, SEBUAH TENDANGAN TELAH MELEMPARKAN MEUHEUT BEBERAPA METER KE BELAKANG.

 ITU ADALAH LAOT

Aceh    : Laot, jangan ladeni dia, Nak! Lekas pergi dari sini! Kita tidak akan mampu menghadapinya sekarang.

TUBUH ACEH BERGETAR HEBAT

LAOT TIDAK PEDULI. DIA MENGHAMBUR MAJU DENGAN AMARAH YANG MENGGELORA. NAMUN DENGAN MUDAHNYA, MEUHEUT MEMUKUL MUNDUR SERANGAN LAOT, SEBELUM LAOT KEMBALI MENYERANG. ACEH LALU MENCENGKRAM LENGAN MEUHEUT

Aceh    : Hentikan, Laot! Mak mohon kepadamu, Nak!

SUARA ACEH KIAN BERAT

DENGAN WAJAH PIAS, ACEH MENATAP TAJAM KEARAH MEUHEUT.

Aceh    : Aku tahu kenapa kau begitu kuat. Itu karena jiwa-jiwa telah berhasil kau kuasai. Nafsu mereka berlipat-lipat terhadap dunia ini. Tapi, kau salah Meuheut! Kau salah jika menganggap kau telah menang. Kebenaran akan kembali menyinari serambi mekkah ini.

ACEH MENARIK NAPAS DENGAN SUSAH PAYAH DAN TUBUHNYA KIAN LINGLUNG DAN PADA AKHIRNYA TUBUH ITU AMBRUK. LANTAS LAOT MENGAMBUR BERGEGAS MEMBURU TUBUH MAKNYA ITU

Laot     : Mak! Mak… bertahanlah mak! Mak… jangan tinggalkan Laot Mak!

Aceh    : Laot anakku, jaga dirimu baik-baik ya, Nak. Mak titip serambi Mekkah ini padamu. Mak juga memohon padamu, cepat temui tiga saudaramu itu. Walaupun mak sudah tak bersamamu, jiwa mak akan tetap bersamamu, Laot.

ACEH PUN MENGEHMBUSKAN NAFAS TERAKHIRNYA DALAM PELUKAN LAOT. DARAHNYA MENDIDIH MENYIMPAN DENDAM PADA MEUHEUT. LAOT MEGAMBIL RENCONG TEPAT DITEMPATNYA DUDUK. DENGAN GERAKAN CEPAT, LAOT MENGARAHAK RENCONG ITU KEARAH MEUHEUT DAN MENGHUJAMKANNYA KE TUBUH MEUHEUT.

Meuheut          : Kkk…au…………..

SEKETIKA TUBUH MEUHEUT RUBUH. LALU LAOT TERTUNDUK DIAM DI HADAPAN JASAD ACEH. LANGIT BANDA KALA ITU HITAM KELAM… LALU LAOT KEMUDIAN MERENGKUH DAN MEMBAWA MAKNYA