Selamat Datang di Blog Pribadi Lailan Syafira...

Saturday, October 29, 2011

Cerpen: Koro Si Katak dan Tuan Gagak Penipu

KORO SI KATAK DAN TUAN GAGAK PENIPU
Oleh : Lailan Syafira


lailansyafira.blogspot.com, book islamic, fiction books, fiction novels, islamic novel, Karya Sastra Terjemahan, novel islam, novels, published novel, story novelKoro adalah seekor katak rawa yang sangat suka bernyanyi dan melompat riang kesana kemari. Selain suka bernyanyi dan melomopat, Koro juga sangat suka berpindah tempat dari satu rawa hutan ke rawa hutan lainnya, seperti saat ini, Koro tengah bergembira menempati suasana tempat tinggalnya yang baru, disebuah hutan yang aman, tentram, dan penghuninya sangat ramah pada Koro. Setiap hujan selesai turun  membasahi bumi, dan ketika pelangi menyinari langit hutan itu, Koro selalu bernyanyi sambil duduk diatas bebatuan di dasar kolam yang terbentang idah di tengah hutan itu. Suatu hari, ketika Koro tengah asyik bernyanyi riang dia dasar kolam, seekor gagak datang menghampiri Koro.
“Agk…,agk….! Hei katak, sepertinya kau senang sekali tinggal di sini!” Si gagak berkata sambil terbang melayang tinggi di atas Koro. Mendengar suara si gagak, lantas Koro mendongakkan kepalanya memandang gagak.
“Oebek…, oebek….! Eh, tuan gagak! Iya. Jelas saja aku senang tinggal di hutan ini. Karena di disini aku punya teman-teman yang sangat baik padaku. Seperti tuan siput dan lebah. Di sini juga aku bisa berenang dan bernyanyi sesukaku. Oebek…, oebek…” Koro berseru pada si gagak, sambil terus melompat ke sana kemari.
“Ha, ha, ha! Katak, tidakkah kau tahu, bahwa di seberang sana ada hutan yang lebih tentram, damai, dan indah dari pada hutan ini. Di sana ada banyak makanan dan kau bisa menyantap makanan, juga melakukan apapun sesuka hatimu di hutan itu.” Ajak si gagak mempengaruhi Koro. Mendengar perkataan si gagak, muncul keinginan besar dalam diri Koro untuk pindah dan melihat hutan indah yang dikatakan si gagak padanya. Dengan semangat, Koro melompat tinggi dan menjawab dengan mantap ajakan si gagak.
“Oebek…, oebek! Benarkah tuan? Aku boleh melakukan apa saja dan mendapatkan makanan enak di hutan itu?” Tanya Koro pada si gagak.


“Tentu saja katak!”  Jawab si gagak.
“Asyik! Aku mau! Aku mau ke sana tuan gagak! Aku ingin tinggal di hutan itu! Cepat bawa segera Aku ke sana!” Seru Koro.
Koro terus melompat girang dan meminta pada gagak untuk segera mengantarkannya ke hutan itu, padahal tanpa di sadari Koro, ternyata si gagak sedang memperdaya dan menipu dia dengan mengatakan bahwa di tempat lain ada hutan yang lebih bagus daripada hutan tempat Koro tinggal sekarang. Koro tidak tahu kalau ternyata si gagak berniat untuk menjadikannya santapan siang.
“Agk…, agk…, baiklah katak. Aku akan membawamu ke sana. Ayo, ikuti aku!” Ajak si gagak pada Koro. Koro melompat mengikuti arah terbang gagak. Sementara di atas langit sana, si gagak tengah tertawa dengan pongah karena telah berhasil mengelabui Koro yang malang. Dari atas, si gagak berkata dan mengumpat dalam hati.
Dasar katak dungu! Bodoh! Mau saja kau ku tipu! Ha ha ha! Padahal kau tidak tahu kalau aku berniat ingin memakanmu, duhai katak dungu! Ha ha ha!
Koro terus melompat mengikuti si gagak yang tengah terbang di angkasa. Di dalam perjalanan, Koro bertemu dengan sahabatnya, tuan Siput yang saat itu tengah melintas di hutan.
“Koro, kau mau kemana, kawan?” Tanya tuan Siput heran.
“Aku mau pindah ke hutan seberang. Kata tuan gagak, di sana tempatnya lebih bagus daripada di sini. Ada banyak makanan dan di sana juga lebih ramai daripada di sini!” Jelas Koro pada tuan Siput. Mendengar perkataan Koro, tuan Siput malah kaget dan sertamerta melarang Koro untuk tidak memenuhi ajakan si gagak.
“Jangan Koro! Apa yang dikatakan si gagak penipu itu tidak benar. Di hutan seberang sana justru lebih sunyi dan tidak berpenghuni. Kau telah di tipu oleh si gagak, kawan! Gagak penipu itu hendak memangsamu! Lebih baik jangan, Koro!”



Tuan Siput terus berusaha mencegah Koro agar tidak memenuhi ajakan si gagak. Tapi, Koro tidak perduli. Dia malah memarahi tuan Siput dan menuduh tuan siput iri padanya.
“Oebek…! Tuan siput, apa yang kau katakan itu salah! Tuan gagak itu sangat baik hati dan suka menolong. Tuan gagak juga tidak pernah berniat untuk memakanku. Sudahlah tuan! Tenang saja! Aku akan aman nanti di sana. Aku pergi dulu ya! Oebek…, oebek!”
Koro terus melompat dengan girang tanpa menggubris sedikitpun nasehat tuan Siput. Koro yang malang tidak mengetahui bahwa si Gagak berniat menjadikannya santapan siang. Dalam hati, tuan Siput berdoa semoga tidak terjadi apa-apa pada Koro. Di tempat yang sama, tuan Siput bertemu dengan Bebe si lebah yang saat itu kebetulan tengah melintas di hutan.
“Wahai tuan Siput, apa gerangan yang terjadi? Mengapa engkau kelihatan khawatir?”
“Aku khawatir dengan Koro.”
“Koro? Memangnya apa yang terjadi dengan Koro?”
“Aku baru saja bertemu dengan Koro. Dia diajak oleh si gagak untuk pindah ke hutan seberang. Kau tahu sendiri kan, hutan seberang sana itu sangat sunyi dan berbahaya. Aku taku, si gagak mempunyai niat yang tidak baik pada Koro. Aku takut kalau-kalau ternyata dia hendak menjadikan Koro sebagai santapan siangnya.” Tuan Siput menjelaskan panjang lebar kepada Bebe. Bebe mengangguk tanda mengerti.
“Jangan khawatir, Tuan! Aku akan pergi ke hutan seberang dan membawa Koro kembali ke hutan ini. Aku pergi dulu tuan!”
“Iya! Hati-hati ya, Bebe! Selamatkan dan bawa Koro kembali ke sini!”
Sementara itu di tempat lain, setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, akhirnya sampailah Koro dan si gagak di hutan yang kata si gagak aman, indah, dan ramai itu. Akan tetapi, betapa terkejutnya Koro, ternyata hutan itu sangat sunyi dan gersang.
“Oebek…, tuan Gagak, kemana perginya penghuni hutan ini? Kau bilang tadi di sini ramai. Kenapa sunyi sekali? Kemana buah-buahan yang kau bilang banyak itu? Kemana makanan lezat itu?” Koro bertanya setengah takut kepada tuan Gagak. Tuan gagak malah tertawa dengan pongahnya.
“Ha ha ha! Dasar Katak bodoh! Gampang sekali kau ku tipu! Memang, di sini memang tidak ada apa-apa. Aku mengajakmu kemari supaya aku bisa mengelabuimu. Sebenarnya, aku ingin menjadikanmu sebagai santapan siangku! Ha ha ha!” Si gagak terus tertawa. Koro semakin ketakutan.
“Jangan…, jangan tuan. Aku tidak mau di makan. Aku masih ingin hidup. Tolong jangan makan aku tuan. Ku mohon…” Koro memohon dengan sangat kepada tuan gagak, namun si gagak tidak peduli. Dia semakin menggila dan bernafsu untuk melahap Koro.
“Ha ha ha! Percuma saja katak bodoh! Aku tidak akan mengubah keinginanku. Walaupun kau berlutut sekalipun, aku tidak akan mendengarkanmu!”
Koro semakin takut. Koro menyesal karena tidak mendengar nasehat tuan Siput. Kalau saja dia tadi mendengar nasehat tuan Siput, pasti kejadiannya tidak akan seperti ini. Koro terus memohon dan menjerit minta tolong.
“Tuan siput, tolong aku! Ternyata benar katamu, Tuan…, si Gagak ini hendak memakanku. Tuan…, tolong aku!” Koro berteriak sekencang-kencangnya.
“Percuma saja katak dungu! Tidak aka nada yang mendengar dan menolongmu. Sekarang, bersiaplah kau untuk ku makan!” Si gagak mengambil sikap hendak memakan katak. Namun tiba-tiba…
“Au………….! Au……….! Sakit!” Teriak si gagak. Sebuah sengatan berhasil mengenai tubuh si Gagak. Bebe si lebah telah dating menolong Koro. Koro sangat bahagia karena akhirnya ada yang dating menolongnya.
“Hei gagak penipu, pergi kau dari sini! Kalau kau berani memakan Koro, kau akan ku sengat sampai mati!” Bebe berseru memberikan peringatan kepada si gagak. Tak disangka tak di duga, si gagak takut setengah mati.
“Ampun..., ampun Bebe. Aku tidak akan memakan si katak! Baiklah, aku akan pergi.” Si gagak pun pergi meninggalkan Bebe dan Katak.
“Terima kasih ya, Bebe! Kalau tidak ada kau, mungkin tadi aku sudah di santap sama si gagak penipu itu. Aku menyesal sekali karena tadi tidak mendengar nasehat tuan Siput.”
“Sudahlah, Koro. Tidak perlu berterimaksih. Itu sudah menjadi kewajibanku untuk menolong sesama. Lain kali, jangan terlalu mudah percaya dengan orang lain. Bisa-bisa kau malah di tipu oleh orang itu.”
“Iya, Bebe! Aku akan selalu mengingat nasehatmu ini. Sekali lagi terimakasih ya!”
Bebe dan Koro saling berpelukan. Merekapun beriringan kembali ke hutan yang damai dan tenteram tempat mereka tinggal.

Medan, 27 April 2010
                                                                       


Baca cerpen lainnya:
Afifah dan Malam Berdarah di Pandan
Perempuan Berwajah Teduh dan Selembar Rindu

No comments:

Post a Comment